Jakarta (ANTARA) – Ketua Komisi VII DPR RI Saleh Partaonan Daulay meminta seluruh pengelola destinasi wisata untuk memastikan keamanan bagi para wisatawan dalam negeri atau turis asing, usai ada kasus turis asal Brazil yang terjatuh hingga meninggal dunia di Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat.

Menurut dia, pengelola wisata perlu menjaga para wisatawan tetap berhati-hati, datang dan pulang dengan selamat. Dengan begitu, tempat wisata dapat mendatangkan nilai tambah dan terhindar dari penilaian yang kurang baik.

“Kalau orang berkunjung ke sana tidak ada masalah apapun, datang dan pergi tentu mendapatkan perlindungan yang baik dan layak,” kata Saleh di kompleks parlemen, Jakarta, Kamis.

Dia menilai bahwa sebetulnya berbagai destinasi wisata di Indonesia itu indah hingga menarik wisatawan dari dalam negeri maupun luar negeri.

Selain wisatawan awam, menurut dia, tak sedikit juga turis yang berkunjung ke destinasi tertentu berlandaskan hobi.

"Orang pergi mendaki gunung, kemudian ada orang yang biasanya juga diving, ada orang yang pergi ke tempat-tempat yang, katakanlah sebetulnya mereka ke situ di samping untuk wisata tapi mereka itu hobi," katanya.

Menurut dia, kecelakaan yang menimpa turis asal Brazil itu sempat menimbulkan kekhawatiran terhadap penilaian tempat wisata di Indonesia. Karena itu, dia mengatakan bahwa tragedi tersebut perlu menjadi dorongan bagi pemerintah untuk bersama-sama menjaga aset destinasi wisata agar benar-benar memiliki keamanan.

Di sisi lain, dia menilai bahwa tidak mungkin pengelola wisata menerapkan aturan yang super ketat bagi para wisatawan. Pasalnya, kata dia, orang-orang yang berwisata karena hobi itu bakal mencari celah.

"Tetapi tentu kita berharap bahwa para pengelola di destinasi wisata yang seperti itu diharapkan untuk lebih berhati-hati lagi," katanya.

Pewarta: Bagus Ahmad Rizaldi
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.