Belitung Timur, Bangka Belitun (ANTARA) – Wing Komando I Komando Pasukan Gerak Cepat (Kopasgat) TNI AU menunjukkan kemampuan senjata mortir yang jadi andalan prajurit dalam melumpuhkan musuh.

Dalam persiapan latihan Hardha Marutha I 2025 di Belitung yang digelar Wing Komando I Kopasgat di Desa Buding, Kecamatan Kelapa Kampit, Kabupaten Belitung Timur, Senin, ANTARA berkesempatan untuk melihat lebih dekat mortir andalan Kopasgat itu.

Untuk diketahui, mortir adalah senjata bantuan lintas lengkung yang menembakkan peluru peledak dengan sudut elevasi tertinggi dan ketinggian yang melengkung.

Komandan Wing Komando I Kopasgat, Kolonel Pas Helmi A. Nange kepada Antara menjelaskan, dalam latihan ini pihaknya menurunkan lima mortir diantaranya dua mortir 60 LR (long range) buatan Hirtenberger (Austria), satu mortir 81 yang juga buatan Hirtenberger dan dua mortir 81 buatan PT. Pindad.

Nange menjelaskan dua jenis mortir yakni 60 LR dan 81 memiliki perbedaan yang mencolok. Dari ukuran saja mortir 81 terlihat lebih besar.

Selain ukuran, dua mortir ini mempunyai daya jangkau yang berbeda beda. Untuk mortir 60 LR mempunyai daya jangkau sejauh 4.000 meter atau 4 kilometer.

Sedangkan, lanjut Nange, untuk mortir 81 memiliki daya jangkau tembakan sejauh 6.500 meter atau 6,5 kilometer.

Mortir-mortir ini merupakan senjata milik Yonko 467 Hardha Dedali, Yonko 461 Cakra Baskhara di bawah Wing Komando I Kopasgat.

Cara kerja

Nange melanjutkan, senjata pelontar proyektil ledakan ini biasa digunakan untuk membubarkan konsentrasi musuh, melumpuhkan bunker, kendaraan tempur hingga wilayah strategis pertahanan milik musuh.

Pasukan Wing Komando I Kopasgat saat mengoperasikan mortir dalam gladi bersih latihan Hardha Marutha I 2025 di Desa Buding, Kecamatan Kelapa Kampit, Kabupaten Belitung Timur, Senin (23/6/2025). (ANTARA/Walda Marison)

"Untuk mengoperasikan satu pucuk mortir dibutuhkan minimal lima prajurit yakni komandan pucuk, tamtama tembak, tamtama pembantu, dan tamtama amunisi," kata Nange.

Komandan pucuk bertugas untuk memberikan aba-aba menembak untuk personel yang lain. Tamtama tembak bertugas untuk menembakkan pucuk sedangkan tamtama pembantu membantu proses penghitungan jarak.

Terakhir, lanjut Nange, ada tamtama amunisi yang bertugas untuk mengisikan peluru peledak ke dalam mortir.

Peluru yang diisikan pun beragam jenisnya. Untuk mortir 81 diisi peluru MU 29 PE sedangkan mortir 60 LR diisi MU 28 PE.

Pucuk mortir tidak hanya meluncurkan peluru yang meledak saja. Alat lontar ini juga bisa menembakkan senjata bom asap.

Tahapan pengoperasian mortir dimulai dari prajurit di medan pertempuran memberikan informasi berupa koordinat lokasi musuh yang harus dihancurkan.

Data koordinat tersebut lalu dikirimkan prajurit di medan pertempuran ke pasukan yang mengoperasikan mortir.

Setelah data itu diterima pasukan pengoperasian mortir, data koordinat itu lalu diolah alat yang bernama sistem penembakan komputer.

Setelah data rampung diolah, personel lalu mengoperasikan mortir sesuai dengan data koordinat tersebut.

"Pemberian data dari prajurit di lapangan hingga pengolahan dengan sistem penembakan komputer haruslah tepat dan akurat," tegas Nange.

Dengan kombinasi data yang akurat dan kesigapan pengoperasian mortir, dipastikan lokasi musuh dapat diledakkan dengan sempurna.

Kehebatan mortir tersebut akan ditunjukkan dalam latihan Hardha Marutha I 2025 di Belitung yang digelar Wing Komando I Kopasgat, Rabu (25/6) mendatang.

Pewarta: Walda Marison
Editor: Benardy Ferdiansyah
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.