
“Iya ada yang mengadu karena merasa terdampak terhadap pelarangan itu,”
Denpasar (ANTARA) – Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri) Bima Arya Sugiarto mengaku mendapat aduan dari asosiasi pengusaha minuman buntut kebijakan Pemprov Bali melarang produksi dan distribusi air minum dalam kemasan di bawah satu liter guna menekan sampah plastik.
“Iya ada yang mengadu karena merasa terdampak terhadap pelarangan itu,” kata Bima Arya di Kabupaten Badung, Sabtu.
Wamendagri mengatakan asosiasi yang dimaksud adalah Asosiasi Industri Minuman Ringan (ASRIM) yang mengajukan audiensi dengannya.
“Kalau tidak salah ASRIM itu ya, merasa terdampak dengan kebijakan pak gubernur melarang produksi air kemasan di bawah 1 liter dan distribusinya di seluruh wilayah Bali, diskusinya panjang soal ini,” ujarnya.
Kementerian Dalam Negeri sendiri mengaku masih mengkaji kebijakan Gubernur Bali Wayan Koster yang rencananya mulai diterapkan 1 Januari 2026 itu.
Menurut Bima Arya penting untuk mendengar respons pihak-pihak di dalam ekosistem tersebut, keluhan mereka dan mencari solusinya.
Kemendagri juga mendukung inisiasi Pemprov Bali dalam upaya mengurangi sampah plastik, namun setiap kebijakan menurutnya perlu mendapat respons balik untuk mengevaluasi.
“Kita kaji sama-sama, setiap kebijakan itu pasti ada plus dan minusnya, ini kan baru tidak apa-apa sebagai inisiasi kita apresiasi untuk mengurangi sampah plastik,” ujarnya.
“Tapi dalam pelaksanaannya pasti harus kita lihat data dan fakta di lapangan, ada penyesuaian apa dengan mendengarkan semua,” sambung Wamendagri Bima Arya.
Wamendagri juga mengatakan masih akan mengkaji keluhan asosiasi pengusaha sebab ia belum melihat secara rinci permintaan para pengusaha.
Daam menekan timbulan sampah plastik sendiri menurutnya perlu faktor substitusi, ekosistem perekonomian, dan faktor penanganan hulu ke hilir.
Pada bagian perekonomian, ia meminta tindakan mengurangi produksi plastik tidak mengganggu keseimbangan perekonomian, dengan memikirkan pembentukan larangan atau kebijakan dengan bijak bukan latah.
“Tidak mudah karena ini bicara dapur, bicara sistem ekonomi yang sudah terbentuk puluhan tahun di negara kita, jadi keseimbangannya bisa agak terganggu,” kata Bima Arya.
Pewarta: Ni Putu Putri Muliantari
Editor: Agus Setiawan
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
No responses yet